Kumpulan Puisi Zuwaily

Puisi-Ku

18 Oktober 2012

Puisi Napas Perjalanan

Bismillah... berikut Puisi "Napas Perjalanan":

dan napasnya mati
setelah ia tahu jika gulita bertabur
di antara nyata

dibangunkan, namun sekadar mimpi
sementara di hadapan ular-ular menggeliat
- menganga
pun di hadapan, wajah berbinar pekat
menari-nari tanah yang mengapit
kain kafan itu

tapi tak begitu yang dirasa
sebab tubuh masih menghidupi jiwa
atau pun jiwa mencumbu hati
yang sedang menulis nasib-nasib.
berkata ia,
"mungkin hari esok bukan sebagai kiamat,
tapi akhirat."

dan sepulang maghrib menunggu isya
tiba-tiba senja sudah datang lebih dulu
napasnya terbangun, hidup
bergempita riuh suara mengadu
di atas dipan tempat ayah-bunda bercengkrama

ia belum menuliskan satu sajak sebagai doa
ia masih mencari-cari nurani
dan di antara sujud seraya salam
handai taulan mengabari,
"dunia akhirat kami ingin mati"

sebab keselamatan tercerai berai di pepasir
- di pantai memutih, beradu ombak
tetapi ia masih tetap mengatur napas perjalanan
sebelum usai dan bertemu fana,
pada detik terakhir

Jakarta, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar