Kumpulan Puisi Zuwaily

Puisi-Ku

25 Oktober 2012

Puisi Pendengar Sejarah

Bismillah... berikut Puisi "Pendengar Sejarah":

aku menjadi pendengar dan penutur kata yang bicara
sekiranya dapat membaca
- kurobek kata dalam serpihan lagu,
mungkin nada agar congakku terhenti
dan berhembus menyambut seruling yang mengantongi kabar-kabar
: tiada duka
: tiada tangis
dan tumpah bahagia

aku tercurah, mendalami seluk cakrawala yang mengamati
- kebodohan, beluknya!
aku tergadai, nafsu-nafsu membias
membuat satu tanda
: jangan ambil hati dari tubuhku!
biarkan jiwa-jiwa berkelana
mencari buku-buku yang kusam
mentadbir sajadah-sajadah yang usang
dan menguatkan nadi-nadi yang terpotong
darah!

sekiranya waktu,
zaman mengukir sejarah;
memotong leher yang berubah domba dari Sang Punya
aku tak akan membiarkan diri terkatung oleh gelimang harta,
sendiri
aku tak akan berjalan dengan kaki satu,
meraja
dan aku tak akan!

namun, semi segala rupa berwatak iblis si peniup kabar
membohongi akal, terjerumus hati
pun nafsu membisu, tak berkata namun merasa
kita tergadai... sulit jua mengucapkan takbir
sebagai kain putih yang mengelilingi kabah

duhai... aku si pendengar dan penutur kata yang bicara
dapatkah menumpahkan darah-darah suci kepada
: si papa
: si pengelana
agar tak ada air mata yang harus jatuh di kala perut berubah buncit,
kekenyangan menyantap sejarah
???

dan bedug-bedug sudah bercerita,
menggema di petang sampai beberapa hari
pun aku, masih meraja
- mendengar dan menutur kata

Jakarta, 2012

1 komentar: