Bismillah... berikut Puisi "Di Baringan Sang Raja":
ketakutan-ketakutan yang datang silih berganti
merubah pola pikir satu jalan menuju istana
di tanah seberang, terdengar bising gempita para pengawal
sebab keberanian menunggu di asa yang terpacung pundak raja
dikau menangis dengan anak panah yang tiada henti mengelak
‘aku tak ingin berperang
nyawaku tinggal satu’
di antara rimbun sorak sorai menggema
hangatkan satu padu tuk mengisi ruang-ruang kosong tertinggal
anak-anakmu menyeret batu-batu besar
paman dan sanak saudaramu menggantung pedang,
menyusuri hutan dan sungai di belahan cerita-cerita zaman
‘di sini kami tumpahkan darah kesetiaan
di sini kami tinggalkan jejak tuk tapaki seberapa besar lawan
di sini kami mati’
sementara di batas jeruji itu
ayahmu membelai rambut ubannya
dan ibumu meyisi pada doa-doa yang tiba melesat ke langit jingga
dikau masih diam, memunguti kerikil-kerikil tuk melawan meriam
jatuh menjuntai air mata kemaluan
padahal istrimu sudah menghadap izroil
menantang duka-duka meski harus berduka
sebab ketakutanmu menghantui halusinasi mimpi
menjadi raja
Jakarta, 2012
26 Agustus 2012
Puisi Di Baringan Sang Raja
Tags
Puisi#
Share This
Puisi Zuwaily
Puisi
Kategori:
Puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Author Details
Zuwaily adalah nama pena dari admin Blog Puisi ini. Suka main game, menulis, dan membaca apa saja. Lebih banyak diam dan merenung. Ayah satu anak yang hobi traveling & blogging, sedang belajar youtube juga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar