Kumpulan Puisi Zuwaily

Puisi-Ku

30 Maret 2014

Puisi Cinta (Untukmu H.F.)


Puisi - oase dalam kabut di tengah perjalanan yang berliku. Aku menemukannya saat cinta merangkai kata di tengah desir lantunan bait-bait syair yang tertata rapi. Sebut saja Hamzah Fansuri.

"elok nian kautumpahkan gejolak asamu
di atas bercak yang bermunculan gurindam mutiara

elok nian sumpahmu yang menusukku
sesaat aku mengenal alif dan a,
baru saja... ketika itu

lantas, kucari sudut-sudut petuah
dalam alunan zikir melayumu"

- adalah aku yang membuat untuk menghormati kesenduan dari dalam sanubarinya sebab aku mencintai sebuah kata sejak ia menerawang kaki-kaki dan tubuh-tubuh bergejolak melalui sebuah syair -

Betul saja, aku mampu merangkai tapi tak sepadan. Betul saja, aku mampu berkata tapi tak memakna. Betul saja, puisi itu berselancar dalam maya-maya di buta namun tak mampu aku berkaca pada cermin sebuah kebodohan, aku!

Dan detik ini kulantunkan bait-bait cinta dalam puisi rancauku!

semasa yang menghantui jalan-jalan
penaku yang berdenyut
semasa cinta

dan kusebutkan dalam nada-nada di tengah keramaian
bukan sepi yang menyendiri dalam buta
adalah cinta

mereka bilang;
dari pandang jatuh ke ladang
dari senyum jatuh ke ampun
duh, ilalang yang terbang melambai
cinta tak sampai begitu tuk meratap mimpi

semasa dan menulis sebuah pesan
adalah cinta dalam bentuk puisi

maka begitu kupetuahkan cinta
dalam sebuah syair yang berbalut puisi
: aku tak mengerti
pun kau menghardik cinta dalam alunan puisi

semasa
adalah cinta dalam jiwa

Jakarta, Maret 2014

Maka sejak itu kusebutkan dalam catatan kecil yang mengurungku di atas sebongkah kertas berpetak. Ia puisi cinta yang kunamakan sebagai hadiah terindah untuknya. Lantas, apa aku harus mengerti apa yang sudah tertulis?

Sebuah puisi ini adalah lantunan kegelisahan teramat dari seorang dhoif yang menghantarkan gelak canda nafsu di ujung malam sebelum rebah, Zuwaily.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar