Aku memulai di pagi ini dengan sebuah kalimat yang menyatakan tanya, "Mau jadi apa puisi-puisimu itu?" Lantas aku diam lalu mengambil sebuah alat komunikasi yang terhubung ke jarak masa.
'subuh aku terbangun
menorehkan kata di matamu
subuh aku terjaga
menyampaikan pesan untukmu
sudahkah bangkit?'
Puisi kerap menghantui langkah dan pikiran sementara aku masih gelisah sendiri. Ia sengaja mengajakku bermain dengan kata, sengaja menyeretku untuk bergumam dengan alam bawah sadarku, sengaja menuntunku membuat beribu bait, syair, dan kalimat yang terkadang aku sendiri masih rancu memberanikan hati untuk melamarnya. Ah, melamar! Kata yang menohokku.
Membaca dan membaca, berpikir dan berpikir sampai waktu berdetak tak sampai jua aku menyudahi kegelisahan tak henti.
puisi yang kubuat
kata yang kutulis
kalimat yang kucipta
tak ubahnya hanya bual dalam gelisahku
andai suaramu tak berwajah
aku sudah hampir selesai membaiatnya
Jakarta, Maret 2014
Inilah syair tak berpenghuni dari seorang bujang yang tak sampai hati untuk melepas bujangnya karena sang surga masih mengurung diri di dalam kamarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar