Kepada puisi, aku pernah bermain dan bercanda dalam satu waktu. Dikata orang, cinta. Namun aku tak pernah menghiraukan apa yang mereka kata, hanya saja aku dan dia begitu asik merangkai waktu dalam kebersamaan.
Pernah, kita ke pantai... pernah, kita ke tempat di mana pepohonan hijau merimbun di sepanjang cerita... juga pernah, kita bercengkrama dalam ramai tanpa jeda.
Dia sendiri selalu bilang, "Senyum itu terkadang ada duka ada juga suka". Pun dia juga sering berbisik, "Jangan kauhiraukan apa kata mereka di saat kita menyatu seperti ini," dengan pelan dan tenang.
Ah... kepada puisi.
dia bukan seperti apa
bukan pula bak khalayak
dia berbeda
dia memunculkan cita pada pusara luka
menghilangkan penat dalam suka
dia adalah dia
yang kutulis dalam damba sebuah cinta
ya...
kepada puisi aku berkata
: cinta adalah cinta
padamu di sepanjang masa
Adalah cerita-cerita yang akan berlanjut menjadi sebuah puisi panjang tak berujung. Dia mengatakan jangan sampai melupakan, jangan sampai meninggalkan. Cukup dengan puisi-puisi itu kau utarakan apa yang kaurasa... apa yang dikata.
Ah... kepada puisi. Aku cinta. Aku rindu.
Jakarta, 03 Mei 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar